• ita bernapas 20.000 kali sehari—tapi sebagian besar orang melakukannya dengan cara yang salah, seperti lewat mulut atau terlalu cepat, yang bisa memicu gangguan kesehatan.
  • Buku Breath oleh James Nestor mengungkap bahwa napas lewat hidung secara pelan dan dalam meningkatkan fungsi otak, jantung, dan sistem imun.
  • Teknik napas sehat tidak akan maksimal jika udara yang kita hirup sudah tercemar, seperti di kota-kota besar dengan polusi tinggi seperti Jakarta atau Surabaya.
  • Solusi terbaik adalah menyaring udara di dalam ruangan dengan air purifier berkualitas seperti Blueair, agar setiap napas membawa manfaat maksimal.

 

Manusia bernapas rata-rata 20.000 kali dalam sehari. Tapi menurut James Nestor dalam bukunya Breath: The New Science of a Lost Art, sebagian besar dari kita melakukannya dengan cara yang keliru—dan itu berdampak besar pada kualitas hidup.

Yang mengejutkan, teknik bernapas yang salah bisa menyebabkan berbagai masalah: gangguan tidur, tekanan darah tinggi, mudah cemas, bahkan bentuk wajah yang berubah. Lebih jauh lagi, ternyata tubuh kita sebenarnya dirancang untuk bernapas lewat hidung secara perlahan, bukan lewat mulut secara terburu-buru seperti yang umum terjadi hari ini.

Hidung: Organ Super yang Terlupakan

Salah satu penekanan utama dalam buku ini adalah betapa pentingnya bernapas melalui hidung. Hidung bukan hanya tempat lewatnya udara—ia menyaring, menghangatkan, dan melembapkan udara sebelum masuk ke paru-paru. Lebih hebat lagi, saat kita bernapas lewat hidung, tubuh memproduksi nitric oxide, senyawa penting yang membantu meningkatkan penyerapan oksigen dan memperlancar aliran darah.

Masalahnya, semakin banyak orang bernapas lewat mulut, terutama saat tidur atau berolahraga. Nestor menunjukkan bahwa ini bukan hanya tidak efisien, tapi juga merugikan: tidur jadi tidak nyenyak, stamina menurun, hingga risiko infeksi meningkat.

Ritme Napas yang Mengubah Fungsi Otak

Hal lain yang dibongkar dalam Breath adalah soal frekuensi napas. Kita terbiasa bernapas 12–20 kali per menit. Padahal, ritme ideal untuk kesehatan jantung, otak, dan sistem saraf adalah sekitar 5,5 napas per menit.

Dengan napas yang lebih lambat dan dalam, tubuh bisa masuk ke mode pemulihan: detak jantung menjadi stabil, sistem pencernaan lebih tenang, dan pikiran jadi lebih jernih. Inilah mengapa teknik-teknik seperti box breathing, pranayama, hingga Buteyko method kini makin banyak dipelajari—karena efeknya benar-benar terasa di tubuh dan mental.

Bernapas Bukan Sekadar Masuk-Keluar Udara

Lebih dari sekadar teknik, Breath juga menyinggung soal evolusi wajah manusia modern. Karena pola makan kita kini cenderung lunak dan tidak butuh banyak mengunyah, struktur rahang menjadi menyempit, dan saluran napas jadi lebih kecil. Hasilnya? Kita makin rentan tidur ngorok, mengalami sleep apnea, dan terganggu saat bernapas.

Hal-hal ini menunjukkan bahwa bernapas bukan hanya soal bertahan hidup. It’s about how well you live.

Tapi Semua Ini Tak Ada Gunanya Jika Udara yang Dihirup Sudah Kotor

Sebagus apa pun teknik napas yang Anda latih, hasilnya tidak akan optimal jika udara yang Anda hirup penuh racun.

Di kota-kota seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya, polusi udara bisa mencapai 3 hingga 5 kali lebih tinggi dari batas aman WHO. Bahkan di dalam rumah pun, partikel halus seperti PM2.5, debu mikroskopik, jamur, atau sisa asap masakan bisa mengganggu kualitas napas tanpa disadari.

Solusi Modern untuk Napas yang Lebih Bersih

Untuk itu, kualitas napas tidak bisa dilepaskan dari kualitas udara. Bagi mereka yang serius ingin menjalani hidup lebih sehat lewat pernapasan, membersihkan udara dalam ruangan adalah langkah yang logis.

Salah satu solusi yang terbukti efektif adalah penggunaan air purifier berkualitas tinggi. Seperti Blueair, merek asal Swedia yang sudah dipercaya secara global untuk menghadirkan udara bersih di rumah dan ruang kerja. Dengan teknologi HEPASilent™, Blueair mampu menyaring hingga 99,97% partikel berbahaya, tanpa suara bising, dan tanpa menghasilkan ozon.

Bukan sekadar alat, Blueair adalah dukungan nyata untuk praktik napas sehat yang selama ini kita pelajari.

Napas yang Sadar = Hidup yang Lebih Panjang

Breath membuka mata kita bahwa napas bukan hanya soal bertahan hidup—tetapi soal bagaimana kita bisa hidup lebih baik, lebih lama, dan lebih tenang.
Dan untuk bisa mempraktikkannya secara utuh, napas sehat perlu udara yang bersih.

Sudah waktunya kita tidak hanya belajar cara bernapas dengan benar, tapi juga memastikan apa yang kita hirup setiap hari layak untuk 20.000 kali napas. Mulailah dari udara di rumah Anda.

1